Posts

Aku Tentang Dia...

Image
Malam itu suasana sangat ramai untuk sebuah kafe kecil di kota Purwokerto. Aku bersama teman-temanku menikmati suasana malam minggu. Malam minggu? Tak seperti banyak pasangan yang melakukan kencan, tapi aku tak melakukannya. Kenapa? Karena aku belum memiliki pasangan.  Kami mengobrol banyak mengenai kesibukan dunia kerja dan pengalaman pribadi yang bisa untuk diperbincangkan. Aku juga bertemu dengan teman lain yang sedang menunggu teman-temannya berkumpul. Meja kami jadikan satu karena sudah saling mengenal dan makin ramai. Hanya dari sebuah perkenalan kecil dan sebuah komunitas, kami menjadi teman. Dunia ini sangat kecil! Tak butuh waktu lama, ada seorang pria bergabung dalam meja kami. Entah siapa dia, aku tak mengenalnya. Ternyata, dia adalah teman sepermainan dan sekomunitas dengan temanku. Waktu itu, belum ada yang menarik ketika dia ikut bergabung dengan kami. Hanya sebuah obrolan biasa yang bisa membuat aku dan lain tertawa menghilangkan penat. Saling berbincang dan t...

Roda Berputar

Ketika semua menghadapi realita hidup, ada sebuah keinginan lebih semata pada suatu hal. Tapi apa dikata... belum tentu semua yang diinginkan manusia akan terkabul. Terlihat dari prosentase dari 100%  terdiri dari 99,99% terkabul dan masih ada 0,01% tak terkabul.  Bumi ini berputar layaknya sebuah roda. Kadang diatas...  kadang dibawah. Apakah aku yang manusia ini dapat memilih yang 99,99%? Inginnya seperti itu. Ah iya! Aku itu ibarat sedang menunggu hadiah undian jackpot apa yang akan diterima. Cuma debaran berpacu cepat yang didapat untuk mendapatkan hasilnya. WOW!! 

Kapan Nikah????

Aku mengetik setiap huruf untuk terangkai menjadi satu kata, satu kalimat, satu paragraf atau mungkin satu buku. Orang lain selalu bertanya mengenai sebuah pernikahan, termasuk orang tua ku. Oh Tuhan... aku bahkan sendiri tak bisa menjawabnya dengan tepat. Aku tahu... aku tahu, usiaku sudah menginjak umur 26 tahun. Aku mungkin berpikiran realistis seperti orang kebanyakan tinggal di kota besar. Fine... okey fine! Untuk umur segitu, adalah umur masih sangat muda untuk menggapai mimpi bahkan untuk meluapkan apresiasi mereka. Helllooo....? Aku bukan tinggal di kota besar metropolitan kebanyakan. Aku tinggal di sebuah kota kecil yang masih menganut bahwa perempuan menikah diumur 25 tahun keatas sudah termasuk ketuaan. Perawan tua??? Ohhh no Way!! Aku tak ingin terlalu banyak orang bicara inilah itulah dan bla bla bla... tak tahulah, bukannya berkata pasrah, aku pun sedang mencari,  ya mencari jodohku yang belum dipertemukan. Siapa bilang aku minta yang neko-neko  untuk kriteria p...

If...

Jika.... Jika semua bisa terselesaikan dengan mudah Jika semua dapat membuat semua orang tersenyum Jika semua dapat dilakukan sesuai rencana Jika aku dapat membuat ibuku tersenyum Jika aku dapat melakukan yang diharapkan semua Jika aku dapat membanggakan kedua orang tua Jika semua terselesaikan dengan uang Jika aku orang kaya materi Jika aku bisa membeli itu semua Jika aku dapat  melakukan semua apa yang kuiinginkan Jika perasaan ini mudah di bolak balikkan dengan mudah Jika cintaku terbalaskan Jika semua berakhir happy ending Semua... berawal dari kata ‘Jika’ Itu keegoisanku yang banyak Aku ingin mewujudkannya!!!

No Tittle

Entah berwarna atau tidak. Langit diujung mataku tak terlihat bercahaya. Entah siang, entah sore. langkahku mengikuti angin berhembus entah kemana. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah... berjalan pelan namun pasti. Menikmati pohon-pohon pinus menjulang tinggi menutupi cahaya matahari. Hijau nan dingin. Aku kedinginan. Jaket tebal berwarna coklat aku keratkan lebih erat menyelimuti tubuhku yang mulai pucat. Bibirku tersungging dan menutup mata menikmati sepoian angin. Mataku terbuka perlahan dan melanjutkan langkahku kembali. Terlihat aliran sungai membawa air jernih itu entah kemana. Bebatuan seperti karang bertengger menghiasi aliran sungai. Langkahku terhenti tepat di depan sebuah jembatan berwarna merah terang menuju tempat lain. Sebuah jembatan kayu terselimuti titik-titik embun yang mulai mencair. “Tempat yang indah...” gumamku melangkahkan kembali kakiku. Ku resapi setiap embun yang tersentuh oleh jari-jari lentikku disetiap pembatas jembatan merah. Sebelum langkahku leb...

My Tears, Your Tears

Tak ada hari yang memiliki kisahnya sendiri. Setiap waktu yang terlintas melangkah maju tanpa melihat ke belakang lagi. hari yang ku lalui semakin mengukir kisah. Tangisku dalam diam selalu terjerit tanpa ada yang mendengrkan. Hanya aku dan selahan yang tahu. Aku manusia biasa memiliki keluh kesah yang ingin terluapkan, tapi apa daya?? Seperti ranting pohon yang terhempas angin entah kemana. Tangisku.. kapan aku bisa meraung-raung dan berteriak meneteskan air mata bersuara rintihan hatiku? Kepada siapa aku bersandar melampiaskannya selain pada Tuhanku? Inilah aku yang aku deskripsikan dari sisi diriku dan kamu... Kamu tersakiti rasa perih yang sangat dalam dan terselimuti rasa putus asa. Kemarahan selalu menghiasi cibiran dari mulutmu yang mulai pucat. Rintihan kecil yang menyerupai tangisan kecil tak terdengar. Tangismu tak ada yang sadar bahwa kau merasakan sakit teramat dalam. Kamu bisa apa? Kamu pun sebenarnya ingin sekali...ingin kembali pada rasa bahagia itu, dimana kamu terse...

My Choice (Sequel: Your Choice)

Anna pov. Suasana sore sangat sepi. Bagaimana tidak sepi? Aku sedang berjalan di lorong gang sempit menuju rumahku ah bukan rumah, tepatnya kontrakan sementara tempatku tinggal selama di Korea. Langkahku sedang tak bersemangat dan terasa berat untuk melangkah. Ku ayunkan kakiku sambil memainkan kaleng minum bekas berkarat. Aku diam seribu bahasa, tapi pikiranku melayang kemana-mana. Banyak hal yang dipikirkan dan ku tanggung. Terlalu berat bila aku merinci semua apa yang ku keluhkan. Entahlah, hidup ini sudah susah jangan dibuat susah lagi. aishh!! Aku mengeluh lagi bukan?!  Aku terus berjalan tanpa tengok kanan kiri sambil mengembungkan pipiku yang sedikit cubby. “Kakak! Kak Anna!!” terdengar suara bass memanggilku. Langkahku terhenti sejenak dan menengok ke belakang. Seorang lelaki muda tersenyum padaku. Aku rasa mengenalnya. Sangat mengenal. Aku mendekat kearahnya yang melambaikan tangan dan tersenyum padaku. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman pula. “Kenapa di l...