Pasir Waktu part end
Langkahku terhenti tepat di depan pintu
kamar Kakek Nenek. Apa yang terlihat? Suatu hal yang tak ingin ku lihat.
Pemandangan apa ini? Ayah, kakek dan nenek tertidur pulas sambil tersenyum. Air
mataku tak tertahankan lagi ketika ku lihat pecahan cangkir teh berserakan di
lantai.
“AYAAAAHHHHH!!!!” ku peluk erat tubuh Ayah.
Raungan tangisku semakin keras. Tubuh Ayah
tak bergerak! Bagaimana ini!! aku terus memeluk tubuh Ayah yang mulai dingin.
“TIDAAKKKKK!”
-Nguing...nguing...nguing..- terdengar suara
sirine ambulans mulai mendekat.
~~~
***
Rafa membuka
matanya. Terlihat setitik cahaya menyilaukan mata. Rasa lemas melanda. Rafa
berusaha untuk berdiri dan menopang tubuhnya yang gontai. Sebuah tempat yang ia
kenal. Terlihat banyak deretan batu kecil bertuliskan nama dan tanggal. Rumput
hijau dan batu nisan terpampang disana.
“Ayah?!”
gumamku lirih dan berbalik arah.
Sesosok pria
tampan dan sedikit urakan berdiri santai menatap Rafa dari kejauhan. Senyum
sang pria membuat Rafa merasa kesal.
“Kau telah
kembali, Rafa!” ucap sang pria datar. Vino tepat berdiri tak jauh dari sana.
“Kau?! Kenapa
kau lakukan itu, HAH?! Jika ini yang kau inginkan, KENAPA KAU MEMBERIKU PASIR
WAKTU??! AYAHKU TETAP MATI!” Rafa marah mengepal kedua tangannya.
Entah apa yang
membuat Rafa tak bisa beranjak dari tempatnya berdiri. Rasanya dia ingin sekali
memukul wajah polos Vino membabi buta. Rafa tetunduk dan air mata di pelupuk
mata sudah tak tertahankan. Tetes demi tetes mengalir deras.
Vino sedari
tadi hanya diam melihat Rafa tak berdaya. Vino tak bisa berbuat banyak untuk
Rafa. Vino hanya mengikuti aturan yang sudah dibuat oleh Nya.
“Tak sekali
pun ada niat menyakiti hatimu, Raf...” ucap Vino mendekati Rafa.
“DIAM!” teriak
Rafa meminta Vino tak mendekati dirinya.
“Takdir.
Sebuah Takdir yang tak bisa kau ubah. Takdir yang tak bisa kau utak atik sesuka
hatimu. Pernahkah aku bilang ‘aku bisa
menghidupkan lagi ayahmu’? Tidak! Tidak pernah sama sekali! Aku hanya
bilang bisa memberimu kesempatan ‘bertemu
dengan Ayahmu’. Apakah kau masih belum bisa mengerti?!” jelas Vino dengan
suara sedikit serak menahan rasa sakit di dada.
“...” Rafa
masih menangisi kisah sedihnya.
“Maafkan aku,
Raf... Senang bisa bertemu denganmu. Selamat tinggal!” ucap Vino menyesali
perbuatannya.
Vino
sebenarnya merasa bersalah, tapi ini sebuah tugas yang harus dia emban. Vino
melangkah mundur menjauh dari Rafa yang masih tertunduk dengan kesedihannya.
Satu langkah...dua langkah...tiga langkah....Vino mengeluarkan sebuah tabung
pasir dari dalam saku jaketnya.
“Selamat
tinggal....” pelan namun pasti, Vino membalik jam pasir yang ia pegang.
Vino semakin
lama semakin jauh. Langit berputar dan awan putih berjalan sangat cepat. Terang
berlalu gelap pun tiba. Semua itu terus berlanjut.
~~~
‘Ayah..aku selalu mendoakanmu disini. Semoga
kau hidup tenang disana! Amin’ doa Rafa.
Rafa sangat merindukan sosol ayahnya.
Sejenak enam bulan yang lalu, sang ayah meninggal dunia. Ayah tak sendirian,
begitu juga kakek dan nenek telah pergi. Terkadang terlintas dalam pikiran,
andai saja waktu dapat berputar kembali. Ingin rasanya kembali dimana dia bisa
melihat sang ayah.
“Ayo pulang, Raf!” ajak Kak Thea yang sudah
mendahuluinya beranjak pergi dari makam ayah.
“Ah iya, kak!” Rafa tersadar dari lamunannya
dan beranjak pergi mengekor pada sang
kakak.
Rafa berjalan gontai dan tak ada rasa
semangat. Jarak antara makam ayah dan pintu keluar gerbang makam cukup jauh,
mau tak mau Rafa harus menelusuri jalan setapak. Sepasang tangan ia masukkan
kedalam saku celananya. Pandangan Rafa juga kosong. Melamun. Tanpa dia sadari,
dia berjalan ketinggalan jauh dengan kak Thea.
~~~
***
“Rafa, Ayo
cepat!” panggil Kak Thea dari kejauhan membuyarkan lamunan Rafa.
“Iya! Tunggu
aku!” balas Rafa sambil berlari menghampiri sang kakak di ambang pintu gerbang
pemakaman.
Senyum
keduanya sangat indah. Sebuah senyum ketulusan hati menerima segalanya. Sebuah
kehidupan akan terus berlanjut. Bumi juga terus berputar. Ada yang hidup, ada
pula yang mati. Seperti jam pasir, ketika kau memulai suatu hal yaitu hidup,
dimana kau harus mengejar waktu yang terus berjalan hingga mati. Ketika itu
pula, jam pasir akan mengulang waktunya kembali. Sebuah kisah baru...
Awan menguning
dan angin berhembus cukup kencang sehingga membuat beberapa bunga kamboja jatuh
berguguran. Tak jauh dari sana, sehelai bulu sayap burung jatuh diatas batu
nisan tertutup rumput liar. Sebuah nisan dengan foto usang sesosok pria tampan
tersenyum bahagia dan tertulis tanggal wafat 27 Desember 1960 dengan nama
‘REVINO SEBASTIAN’.
Selamat
tinggal....
THE END
Comments
Post a Comment